Rabu, 02 November 2011

Bahayakah bakteri yang tertukar dari ciuman

Ciuman merupakan bahasa universal untuk menunjukkan kasih sayang atau ciuman yang lebih intim bisa menjadi awalan untuk membangkitkan hasrat. Tetapi, karena ciuman kerap melibatkan ludah dan lidah, tentu terjadinya pertukaran bakteri sering tak terelakkan. Berbahayakah hal ini?
Karena tubuh kita merupakan "rumah" bagi bakteri yang jumlahnya bahkan lebih banyak dari pada sel tubuh, tak mengherankan jika aktivitas ciuman bisa menyebabkan pertukaran bakteri.
Akan tetapi Anda tidak perlu ragu untuk berciuman karena menurut Dr.Philip M.Tierno, Jr, direktur klinik mikrobiologi dan imunologi dari New York University, mayoritas bakteri yang hidup di tubuh kita tidak berbahaya.
"Sebagian besar ciuman akan menyebabkan pertukaran flora, terkadang ada yang bahaya, ada yang kuman baik, tapi kebanyakan tidak bahaya," katanya.
Ia menjelaskan, dari sekitar 500 jenis bakteri berbeda yang berada di tubuh kita, hanya 1 persen saja yang dianggap patogen. Meski begitu, jika pasangan Anda sedang sakit, sebaiknya tunda dulu aktivitas berciuman tersebut.
"Ciuman yang mendalam bisa menyebabkan penularan bakteri patogen dan memicu beberapa jenis penyakit, seperti radang tenggorokan dan herpes," katanya.
Ia menambahkan, jika pasangan atau Anda memiliki lesi dan luka terbuka di bagian mulut, ciuman mutlak harus dihindari. Sudah ada kasus terjadinya infeksi HIV pada pasangan yang salah satunya menderita penyakit gusi.
Selain ciuman dengan manusia, mencium hewan juga sebaiknya dihindari jika Anda sedang sakit. "Hewan peliharaan bisa membawa jamur, bakteri dan bakteri patogen di air liurnya. Yang paling buruk adalah patogen di liur kucing," paparnya.

Selasa, 01 November 2011

 
Radiasi ponsel merusak sperma

Suara dering telepon di saku celana Anda bisa menjadi alarm bahaya bagi sel sperma. Demikian menurut hasil studi yang menemukan bahaya radiasi ponsel pada kualitas sperma.
Beberapa riset telah menunjukkan pria pengguna ponsel memiliki jumlah sperma lebih sedikit, lebih lambat bergerak dan rusak, dibandingkan dengan pria yang tidak memakai ponsel. Namun sebenarnya yang menjadi masalah adalah tempat penyimpanan ponselnya.
Sekitar dua bulan lalu para peneliti dari Afrika Selatan menemukan pria yang membawa ponselnya di pinggul atau di kantong celana bagian depan memiliki sperma yang lebih lambat dalam berenang dan juga lebih sedikit konsentrasinya. Keduanya sangat berpengaruh pada kesuburan seorang pria.
Studi teranyar mengenai efek radiasi dilakukan peneliti dari Turki dengan subyek sel sperma manusia di dalam cawan patri yang diberi paparan radiasi ponsel selama satu jam. Paparan tersebut menyebabkan sperma menjadi abnormal, sehingga kesulitan mencapai sel telur.
"Seharusnya hasil riset ini diwaspadai oleh pria yang masih berada di usia reproduksi dan terbiasa menaruh ponselnya di saku celana," kata Joel Moskowitz, Ph.D, direktur Universitas California, Berkeley Center for Familiy and Community Health.
Penelitian lain yang dilakukan pada tikus percobaan juga memberi hasil mengkhawatirkan. Para peneliti meletakkan tikus-tikus dalam kandang khusus dengan ponsel ditaruh 2 inci dari dasar kandang.
Setelah berdekatan dengan ponsel 6 jam setiap hari selama 18 minggu, para peneliti menemukan penurunan prosentasi sperma hidup 25 persen, dari sebelumnya 70 persen. Selain itu sel sperma tikus-tikus itu juga saling menempel sehingga tidak bisa membuahi sel telur.
Moskowitz mengatakan hasil penelitian ini belum mencapai kesimpulan karena mekanisme radiasi pada perubahan sel sperma belum diketahui.
Salah satu teori menyebutkan ponsel akan memanas ketika digunakan sehingga akan meningkatkan suhu di sekitar organ genital pria ketika disimpan dalam saku celana.
Hipotesis lain menyatakan hal itu berkaitan dengan frekuensi elektromagnetik yang dipancarkan ponsel. Baik sel tubuh atau ponsel memancarkan frekuensi elektromagnetik dan radiasi frekuensi yang tinggi akan diserap tubuh hingga ke jaringan sehingga meningkatkan gerakan molekuler di dalam sel tubuh.